Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Bangkit Indonesiaku, Sehat Negeriku

Mata mempunyai sistem pelindung yang baik, seperti rongga orbita, jaringan lemak retrobulbar, palpebra serta reflek mengedip. Meskipun demikian, mata masih sering mendapat trauma dari lingkungan luar.

Trauma mata adalah perlukaan/cedera mata yang dapat terjadi dalam bentuk trauma tumpul, trauma tajam, trauma kimia, trauma termis dan trauma radiasi. Trauma mata merupakan kasus kegawatdaruratan, jika tidak segera tertangani dapat menyebabkan penurunan penglihatan hingga kebutaan.

Keluhan yang dirasakan pada trauma mata antara lain mata merah, mata cekot-cekot / kemeng, tajam penglihatan yang menurun, pandangan tertutup sesuatu, kilatan-kilatan pada lapang pandangan dan adanya sakit kepala. Namun, tidak semua kondisi mata merah akan terancam penglihatannya dan tidak semua penurunan ketajaman penglihatan merupakan keadaan gawat darurat yang memerlukan penanganan segera.

Apakah kondisi gawat darurat itu?

Keadaan gawatdarurat (emergency) adalah suatu keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan medis yang cepat, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan.

Kegawatdaruratan Mata ialah keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa turunnya ketajaman penglihatan sampai terjadinya kebutaan 

Tingkatan Kegawatdaruratan Mata berdasarkan Pemeriksaan Medis

Kegawatdaruratan mata, dikelompokkan menjadi dua :

1. palpebra hematom/bengkak mata
2. konjungtiva khemosis / bengkak pada selaput mata
3. kornea erosi kornea / lapisan kornea terkikis
4. bilik mata depan hifema / darah terkumpul di bilik mata depan
5. iris lepasnya selaput pelangi
6. lensa lepas atau goyang sampai jatuh
7. badan kaca mata (corpus vitreum) perdarahan badan kaca / hemoftalmus
8. saraf mata (retina) lepas saraf mata / ablasio. Gejala yang dirasakan terjadi selang beberapa jam sampai beberapa hari dari trauma, antara lain : tidak adanya rasa nyeri, penglihatan kabur, ketajaman penglihatan masih baik-buruk, merasa melihat kilat-kilatan cahaya, titik – titik hitam beterbangan, tirai menutupi mata/tirai melambai-lambai
9. bola mata (bulbi)menonjol atau masuk ke dalam
10. kerusakan dinding orbita/patah tulang penyokong dinding bola mata

Pertolongan pertama pada mata dengan trauma mekanik

Trauma kimia basa pada mata bersifat lebih merusak dari pada trauma kimia asam. Pada keadaan sangat gawat bisa menyebabkan kebutaan. Tingkat kerusakan mata tergantung pada paparan volume dan konsentrasi cairan. Cairan alkali menembus struktur mata dengan cepat dari lapisan mata depan sampai ke saraf mata. Kemudian terjadi reaksi saponifikasi/ reaksi penyabunan saat cairan alkali kontak dengan lemak (struktur mata). Sumber cairan basa : Amonia (pemutih dan pupuk), Natrium bikarbonat (soda kue), NaOH/ natrium hidroksida (sabun, deterjen), NH4OH /Amonium hidroksida (pupuk), Kalium oksida (semen), pembersih lantai
Kerusakan mata karena terkena larutan asam hanya terbatas pada permukaan luar saja (kecuali asam hidroflorida). Larutan asam cenderung akan berikatan dengan protein (terjadi koagulasi / penggumpalan protein) sehingga mencegah kerusakan yang lebih dalam. Sumber cairan asam : asam cuka, asam sulfat (accu mobil), asam hidroflorida (cairan penghilang karat, pengkilap aluminium), cairan penyamakan kulit, electro polishing 

Pertolongan pertama pada mata dengan trauma mekanik

Non trauma, antara lain :

Ulkus kornea, gejala yang timbul antara lain : mata merah, kemeng, mengganjal, silau, berair, muncul putih – putih di teleng mata, keluar kotoran mata, kaburnya penglihatan Faktor resiko penyebabnya yaitu kelilipan, pemakaian lensa kontak, kesalahan pemberian tetes obat, merimbang mata dengan air mentah/ sumur, air sirih, menetes obat tanpa resep.
Glaucoma akut, gejala yang timbul mata merah, cekot-cekot, nyeri kepala, migrain, penglihatan turun mendadak, mual sampai muntah, tekanan bola mata tinggi
Stroke mata Biasanya terjadi pada satu mata. Gejala yang dirasakan yaitu tajam penglihatan turun mendadak (tiba – tiba gelap), tidak ada rasa nyeri, mata tidak merah. Faktor resiko penyebab : hipertensi, diabetes melitus, jantung, penyakit pembekuan darah. Keterlambatan penanganan pertolongan (ke dokter beberapa jam / hari setelah kejadian) mengakibatkan kebutaan permanen

Sumber : Materi Presentasi dr.ELLY RAHMAWATI,Sp.M (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia /PERDAMI Jawa Tengah yang disampaikan pada Webinar Kegawatdaruratan Mata Tanggal 18 Maret 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *