Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Bangkit Indonesiaku, Sehat Negeriku

Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, alkohol, obat-obatan, atau masalah autoimun. Sejak zaman kuno, penyakit ini telah dikenal dengan berbagai istilah seperti “penyakit kuning”. Namun, pemahaman tentang hepatitis dan penyebabnya terus berkembang seiring waktu. Pada tahun 1960-an, penelitian awal mengenai virus hepatitis, teridentifikasi 2 jenis hepatitis, yaitu hepatitis A dan hepatitis B. Kemudian, ditemukan juga hepatitis C, D, dan E. Perkembangan vaksin dan pengobatan yang lebih baik, telah membantu mengurangi beban penyakit ini di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Pada tahun 2023, Hari Hepatitis Sedunia mengusung tema global “One life, One liver” yang artinya “Satu Kehidupan, Satu Hati”. Tema ini dipilih untuk mengajak masyarakat agar lebih waspada terhadap hepatitis karena penyakit ini dapat menghancurkan satu nyawa dan satu hati yang dimiliki setiap manusia.

Hepatitis menjadi masalah kesehatan global dengan dampak yang signifikan pada kesehatan masyarakat. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sekitar 354 juta orang di seluruh dunia, hidup dengan hepatitis B atau C, dan untuk sebagian besar, pengujian dan pengobatan masih di luar jangkauan. Selain itu, data menunjukkan bahwa sekitar 4,5 juta kematian dini di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2030 dapat dihindari melalui program vaksinasi, tes diagnostik, pengobatan, dan kampanye edukasi. Strategi global WHO dalam mengatasi hepatitis, yang didukung oleh seluruh negara anggota WHO, bertujuan untuk mengurangi angka infeksi hepatitis baru sebesar 90% dan angka kematian sebesar 65% antara tahun 2016 dan 2030.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hepatitis di Indonesia meliputi :

Terdapat beberapa jenis hepatitis yang umum dikenal, yaitu:

  1. Hepatitis A (HAV): Penyebabnya adalah virus hepatitis A. Penularannya biasanya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi. Penyakit ini cenderung bersifat akut dan jarang menyebabkan komplikasi serius.
  2. Hepatitis B (HBV): Disebabkan oleh virus hepatitis B. Penularannya dapat terjadi melalui darah, cairan tubuh, ASI dari ibu ke bayi atau hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Hepatitis B bisa bersifat akut atau kronis. Infeksi kronis dapat menyebabkan kerusakan hati yang berkepanjangan.
  3. Hepatitis C (HCV): Disebabkan oleh virus hepatitis C. Penularannya serupa dengan hepatitis B, melalui darah atau cairan tubuh terinfeksi. Infeksi HCV cenderung menjadi kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah, seperti kanker hati.
  4. Hepatitis D (HDV): Merupakan infeksi yang terjadi secara bersamaan atau infeksi lain yang muncul saat dilakukan pengobatan dengan virus hepatitis B. HDV tidak dapat berkembang tanpa kehadiran virus hepatitis B. Infeksi HDV dapat memperburuk kondisi hati pada individu dengan hepatitis B.
  5. Hepatitis E (HEV): Disebabkan oleh virus hepatitis E. Penularannya mirip dengan hepatitis A, yaitu melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi. Biasanya bersifat akut dan jarang menyebabkan komplikasi pada individu yang sehat.

Selain itu, ada juga hepatitis lainnya seperti hepatitis F, G, dan senyawa hepatitis non-A non-B yang belum sepenuhnya dipahami dan diidentifikasi. Namun, jenis hepatitis A, B, C, D, dan E merupakan yang paling umum dijumpai dan menjadi fokus perhatian dalam upaya pencegahan dan pengobatan. Sebagian besar hepatitis A, B, C, D atau E hanya menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali. Namun, setiap bentuk virus dapat menyebabkan gejala yang lebih parah. Untuk gejala hepatitis A, B dan C dapat berupa:

  1. Demam
  2. Malaise (kelelahan dan kelemahan)
  3. Kehilangan nafsu makan
  4. Diare
  5. Mual
  6. Perut tidak nyaman
  7. Urin berwarna gelap
  8. Sakit kuning (kulit dan bagian putih mata menguning)

Sedangkan gejala hepatitis D (HDV) sebagai berikut

  1. Gejala serupa dengan hepatitis B (ditemukan pada orang yang sudah terinfeksi HBV)
  2. Infeksi ganda HBV dan HDV dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius
  3. Perkembangan hepatitis D kronis jarang terjadi

Gejala hepatitis E (HEV):

  1. Demam ringan
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Mual dan muntah
  4. Sakit perut
  5. Gatal (tanpa lesi kulit)
  6. Ruam kulit atau nyeri sendi
  7. Penyakit kuning (kulit dan bagian putih mata menguning)
  8. Urin gelap dan tinja pucat
  9. Hati sedikit membesar dan lunak (hepatomegali)
  10. Kadang-kadang gagal hati akut

Pencegahan hepatitis melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko penularan virus hepatitis. Berikut adalah beberapa cara pencegahan hepatitis:

  1. Vaksinasi: Vaksin yang efektif tersedia untuk mencegah hepatitis A dan B. Vaksinasi ini sangat dianjurkan terutama untuk orang-orang yang berisiko tinggi, seperti tenaga medis, petugas laboratorium, pekerja perawatan kesehatan, dan individu dengan risiko tinggi lainnya.
  2. Higienitas dan sanitasi: Mengutamakan kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir. Hindari menggunakan barang-barang pribadi orang lain seperti sikat gigi, gunting kuku, dan jarum suntik untuk menghindari penularan hepatitis B dan C.
  3. Hindari konsumsi alkohol berlebihan: Menghindari konsumsi alkohol berlebihan dapat membantu mencegah hepatitis, terutama hepatitis B dan C, karena alkohol dapat merusak hati dan meningkatkan risiko infeksi.
  4. Seks yang aman: Penggunaan kondom saat berhubungan seks dapat membantu mengurangi risiko penularan hepatitis B dan C melalui kontak seksual.
  5. 5. Menghindari penggunaan obat-obatan suntik: Penggunaan jarum suntik bersama-sama dengan orang lain dapat menyebabkan penularan hepatitis B dan C. Hindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
  6. 6. Skrining dan tes darah: Mengikuti skrining dan tes darah secara teratur dapat membantu mendeteksi hepatitis sejak dini dan memulai pengobatan jika diperlukan.
  7. Pendidikan dan kesadaran: Menyebarluaskan informasi tentang hepatitis, cara penularannya, dan langkah-langkah pencegahan kepada masyarakat dapat meningkatkan kesadaran dan membantu mengurangi penularan virus.

Referensi:

1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Hepatitis. Diakses dari: https://www.cdc.gov/hepatitis/index.htm

2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2021). Buku Saku

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Situasi Penyakit Hepatitis di Indonesia.

3. Lok, A. S., & McMahon, B. J. (2009). Chronic hepatitis B. Hepatology, 50(3), 661-662

4. Prati, D., & Dallera, P. (2014). Natural history of HBV infection. In: Viral Hepatitis: Chronic Hepatitis B. Springer, Milano. 5. World Health Organization (WHO). (2020). Hepatitis data and statistics